Rabu, 13 Juni 2012

Panahan Tradisional Mataram


           Panahan Tradisional Mataram  

Oleh ; RT. Cahya Surya Harsakya S.Sn.

Lelangen, sesukan atau olah raga panahan sejak jaman dahulu telah menjadi budaya masyarakat dan budaya keraton. Selain sebagai olah raga, panahan merupakan galadi atau olah keperwiraan dan kridha keprajuritan. Budaya panahan merupakan  budaya yang pada jaman dahulu akrab dengan masyarakat, para bangsawan, para satria, yang selalu  melatih diri dalam ketrampilan. Seorang satria, menurut Sultan Agung Hanyakrakusuma harus menguasai ketrampilan olah curiga (keris), olah kara  (pedang), Olah buntara (tombak) dan Olah warastra (panah). Olah kridha panahan adalah hal yang wajib dikuasai seorang ksatria, prajurit ,  bangsawan, sampai menurun kepada  kalangan masyarakat  Jawa. 
Dalam lingkungan masyarakat Surakarta, yang dahulunya adalah wilayah Kerajaan Mataram Islam, lelangen Panahan tidak asing lagi, tumbuh subur dikalangan rakyat maupun  Keraton. Pada  kira kira tahun 1960 di lingkungan daerah Surakarta masih terdapat banyak lapangan panahan yang secara rutin  masih selalu dipakai untuk kegiatan latihan panahan . Lapangan panahan yang ada dikalangan masyarakat cukup banyak, seperti  lapangan panahan tanggul Dhawung , lapangan panahan Sangkrah, Kampung sewu, lapangan panahan Manahan,  Lapangan panahan Prawit, Lapangan panahan Putri Cempa, Gondang, lapangan panahan Jagalan. dan masih ada beberapa lapangan panahan lain yang biasanya memilih daerah yang sepi. Selain itu juga lapangan panahan yang ada ditingkat kaum bangsawan seperti  lapangan panahan Langen Harjo, lapangan panahan Alunalun Selatan Kraton Surakarta, lapangan panahan dalam keraton Surakarta, lapangan panahan Dalem Suryahamijayan, Baluwarti, lapangan panahan Pamedan Mangkunegaran, dan lapangan panahan di Tirtonadi yang dahulu dipakai latihan panahan untuk para bangsawan. dari jumlah lapangan panahan yang diketahui maka dapat ditarik kesimpulan bahwa panahan  di masa lalu memang akrab dengan lingkungan kehidupan masyarakat  Surakarta.

            Penurunan kegiatan panahan mula mula terjadi pada Jaman Pendudukan Jepang. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, orang orang takut berlatih panahan, karena Jepang melarang  Segala kegiatan olah senjata kalaupun orang berlatih panahan akan dilakukan secara sembunyi–sembunyi. Setelah pendudukan Jepang, menyusul Revolusi Phisik mempertahan kemerdekaan panahan telah  tenggelam dalam hiruk pikuknya  perjuangan revolusi dan peperangan mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Belanda. Sejak Kemerdekaan Indonesia, maka kegiatan latihan panahan muncul kembali seperti diketahui bahwa di Surakarta mulai kembali muncul lapangan untuk latihan panahan sebanyak 11 lapangan untuk latihan panahan.
               Masa tahun 1970 mulai  berjayanya PERPANI atau Persatuan Panahan Indonesia yang merupakan induk dari cabang olah raga panahan di seluruh Indonesia. Panahan Tradisional menjadi salah satu Ronde yang diakui dan dipertandingkan dalam arena pertandingan olah raga, seperti PORDA (sekarang PORPROV), Sirkuit panahan daerah, Kejurda, POPDA, PON, ada pertandingan lain yang diadakan secara resmi untuk olah raga Panahan. Dalam berbagai event olahraga panahan, banyak diantaranya atlet panahan dari Surakarta yang telah berhasil memboyong penghargaan dan menjadi juara, berupa medali, piagam, thropy, piala, yang dipersembahkan kepada masyarakat Surakarta.
                Tetapi sayangnya, bahwa Keraton Mangkunegaran seakan–akan masa kini telah terputus dari  kegiatan kridha panahan ini, karena  kesenjangan jarak  antara  masyarakat olah raga dan kondisi Keraton Mangkunegaran Sendiri pada masa sekarang. Pada hal pada masa lalu, kegiatan Kridha  Panahan akrab dengan kehidupan Keraton eks–Mataram. Dimana Panahan merupakan Lelangen, Olah Raga, olah keperwiraan, dan olah keprajuritan. Oleh karena itu panahan tradisional tersebut diberi nama cabang panahan gaya tradisional Mataram. Namun kegiatan panahan yang pada masa lalu hidup bersama budaya Kraton Mataram sekarang terasa  luntur dan hilang.

 



 

Selasa, 14 Februari 2012

UKM PANAHAN ISI SURAKARTA


UKM Panahan di Institut Seni Indonesia Surakarta telah berdiri cukup lama sejak tahun 2005 hingga tahun 2010, telah genap 5 tahun dalam pengabdianya dalam memajukan seni dan tradisi panahan Jawa dengan mengangkat budaya Mataram. UKM yang telah dirintis oleh Almarhum KRTH. Drs . Bagyo Suharyono, M .Hum ( Seni Rupa ), Drs. Taryono  . M. Kes ( Seni Pertunjukan ) dan M.Ng. Daliman Puspobudoyo ( Staf Studio Keris ), beserta beberapa mahasiswe yang telah terjun di bidang panahan. UKM Panahan merupakan UKM yang pertama terlibat dalam tournament besar Se- Jawa,  Lomba adat Mataraman di Karaton Surakarta Hadiningrat tahun 2007.   
Selain mengembangkan dalam tradisi dan budaya juga terlibat dalam berbagai turnamen olah raga, antara lain Kejuaraan Terbuka Panahan SIRKUIT  ke  XXXII , tahun 2007   se Jawa Tengah dan Kejurda  Panahan Yunior 2007 di Surakarta .  1-4 Februari 2007, Lomba panahan tradisional dalam rangka adat Saparan, di  Jatinom 2009,  Lomba panahan tradisional dalam rangka HUT  Kabupaten Klaten, Minggu  24 Januari 2010, dan official dari berbagai event SIRKUIT Panahan, PORDA dan PORPROV di Surakarta.